Wednesday, August 12, 2009

Sifatul Insan

II. Sifatul Insan
Hilangnya penyadaran manusia terhadap asal serta tujuan diciptakan oleh Allah SWT adalah konsekuensi tidak ma'rifah (mengenal) terhadap dirinya. Sehingga menjadikan hidupnya tanpa memperhatikan norma-norma yang seharusnya dipatuhi. Dalam kaitan ini perlu direnungkan pepatah yang menyebutkan: "man a'rafa nafsah faqad a'rafa rabbah, maknanya "Barang siapa mengenal dirinya niscaya mengenal Rabbnya."
Maka sangat wajar jika di kalangan ummat kurang menyadari hakekat untuk apa diri ini diciptakan dan harus bagaimana melakukan aktivitas di dunia, karena tidak mengenal akan dirinya sendiri. Padahal manusia diciptakan lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, yakni diberikan akal. Hanya masalahnya, akal itu tidak difungsikan sebagaimana seharusnya sesuai dengan petunjuk dari Sang Khaliq.
Gambaran manusia yang tidak memfungsikan akal seperti aturannya telah ditegaskan Al-Quran: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.7:179).
Akal dalam arti yang sebenarnya akan mampu mengarahkan maupun mengondisikan dirinya, jika setiap insan telah ma'rifah secara jujur. Ma'rifah seperti yang disinggung di atas, sebuah tugas yang sepenuhnya tanggung jawab setiap insan, lebih-lebih keterkaitannya dengan Al-Khaliq (hablum minallah).
Ketika akal berfungsi, maka reaksi pemahaman tentangakan penciptaan alam pun dapat dikenalnya kemudian mengerti jalan yang harus ditempuh. Dan Allah SWT, memberikan dua jalan yang disodorkan kepada manusia untuk dipilihnya seperti firmanNya: "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan." (QS.90:10). Kemudian dua jalan yang dimaksud secara transparan disinggung pada firman lain yaitu: "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya (QS.91:8). Dua jalan yang tersedia ketentuan final adalah diserahkan kepada setiap orang untuk memilihnya, dan tentunya akan membawa konsekuensinya atas pilihannya itu.

0 komentar:

Post a Comment